Rabu, 27 Januari 2010

Kajian Sintaksis


KAJIAN SINTAKSIS
*Hasan Busri*


5.1 PENDAHULUAN
5.1.1 Satuan-satuan Bahasa
Ilmu bahasa (linguistik) memiliki satuan-satuan yang bermakna. Satuan-satuan tersebut meliputi fon, fonem, morf, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat,paragraf , dan wacana. Ilmu yang membicarakan fon dan fonem disebut fonologi, yang membicarakan morf, morfem dan kata disebut morfologi, yang membicarakan frasa, klusa dan kalimat disebut sintaksis, dan yang membicarakan wacana disebut retorik. Selain satuan-satuan di atas, masih ada satuan lain yang membicarakan makna, yang disebut dengan semantik, dan yang membicarakan leksikon sisebut dengan leksikologi atau leksikografi.
Satuan fonologi dan retorik tidak termasuk dalam kelompok satuan tatabahasa, karena kaidah-kaidah pembentuk satuan-satuan bersifat umum, sehingga kaidah pembentukan fon, pengenalan fonem, pengembangan paragraf, dan macam-macam wacana dalan setiap bahasa itu sama tidak merupakan khas suatau bahasa. Memang,harus diakuai bahwa jumlah fonem dalam suatu bahasa tidak sama, tetapi bagaimana fonem itu dibentuk berlaku sama untuk tiap bahasa. Sebaliknya, satuan morfologi dan satuan sintaksis termasuk dalam kelompok satuan tatabahasa, karena kaidah-kaidah pembentukan unsurnya hanya berlaku khas untuk bahasa tertentu, sehingga kaidah morfologi dan sintaksis suatu bahasa tidak dapat diterapkan begitu saja dalam bahasa yang lain.
Satuan-satuan bahasa sebagaimana diuraikan di atas merupakan tataran dalam hirarki. Wacana diperlukan sebagai konstituen yang terlegkap dan terbesar, yang dapat dipecah menjadi paragraf. Paragraf merupakan satuan di bawah wacana, yang terdiari atas satu kalimat atau sekelompok kalimat yang saling berhubungan. Kalimat merupakan satuan yang terjadi karena perpaduan klausan daintonasi serta partikel bila ada. Klausa merupakan satuan gramatikal yang terdiri atas subjek dan predikat atau predikat saja baik isertai subjek, objek, pelengkap, keterangan, ataupun tidak yang masing-masing diungkapkan dengan frasa dan kata. Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampuai batas fungsi. Morfem merupakan satua gramatikal yang secara semantik tidak dapat dipecahkan ke dalam satuan yang lebih kecil. Fon merupakan unsur terkecil dari deteran bunyi yang dapat dibedakan satu sama lainnya. Sestem hirarki tersebut merupakan hubungan di antara satuan gramatikal yang bersifat normal.
Uraian di atas sudah memberikan gambaran tentang keberadaan sintaksis di antara satuan-satuan bahasa. Dalam hal ini sintaksis berada dalam tataran kelompok satuan bahasa. Sebagai satuan bahasa, sintaksis membahas hal-hal yang meliputi frasa, klausa, dan kalimat.

5.1.2 Hakikat Sintaksis
Banyak ahli bahasa yang telah memberikan pejelasan batasan sintaksis, yang masing-masing memiliki persamaan dan perbedaan baik cakupan maupun redaksinya. Sehubungan dengen hal itu untuk memberikan pemahaman yang memadai tentang sintaksis, barikut ini akan dikemukakan beberapa batasan sistaksis yang dikemukakan para ahi bahasa. Ramlan (1789:21) megatakan bahwa sintaksis adalah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat klausa, dan frasa.
Stryker dan tarigan (1989:21) mengatakan bahwa syntax in the studi of the patterns by which words are combined to make sentences (sintaksis telaah mengenai pola-pola yang diperlukan sebagai sarana untuk menghubung-huubungkan kata menjad kalimat). Selanjutnya Muliono (1988:101) menegaskan bahwa sistaksis studi kaidah kombinasi kata menjadi satuan yang lebih besar; frasa dan kalimat. Batasa ini mengemukakan bahwa satuan yang tercakup dalam sintaksis adalah frasa dan kalimat dengan kata sebagai satuan dasarnya.bidang sintaksis (Inggris, syntax) menyeidiki hubungan semua kelompok kata atau antar frasa-frasa dalam satuan-satuan sintaksis itu. Sintaksis itu mempelajari hubungan gramatikal di luar kata, tetapi di dalam satuan yang disebut kalimat (Verhaar, 1981:70).
Bergayut dari batasan-batasan yang dikemukakan para ahli bahasa tersebut dapat disimpulkan bahwa sintaksis adalah bagian dari tatabahasa yang membicarakan tentang kaidah pengabungan kata menjadi satuan gramatik yang lebih besar yang disebut frasa, klausa, dan kalimat, serta penempatan morfem suprasegmental (intonasi) sesuai dengan struktur semantik yang diinginkan pembicara sebagai dasarnya.

5.1.3Unsur Bawahan Langsung
Unsur bawahan langsung adalah unsur suatu kontruksi yang secara langsung (tidak melewati tataran lain) membentuk suatu kontruksi yang lebih besar. Dalam bahasa Indonesia, istilah berfrasa unsur bawahan langsung itu lazim pula disebut dengan unsur langsung (immediate constituent). Analisis kontruksi yang menggunakan unsur bawaha langsung bertujuan menjelaskan tataurut/hirarki proses pmbentuknya frasa, klausa, sampai terbentuknya kalimat. Teknis analisis berdasarkan unsur bawahan langsung dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (1) dengan mengunakan gars miring (/) dan (2) dengan menggunakan garis tegak dan garis datar atau balok.
Sebagai contoh dapat diperhatikan contoh berikut.
(1) Paman saya
Tanpak seperti jajaran paman dan saya. Namun wujud kontruksi sintaksis itu tidaklah sederhana itu. Dalam kenyataannya, banyak kita jumpai kontruksi sintaksis yang lebih kompleks dan rumit. Semakin banyak aggota kontruks itu, semakin rumit dan kompleks pula kontruksi yang bersangkutan. Misalnya, kontruksi
(2) Anak orang itu
Bisa mengacu pada anak dan bisa mengacu pada orang. Realisasi yang pertama adalah
(3) Anak orang / itu
Dan realisasi yang kedua adalah
(4) Anak / orang itu.
Analisis unsur bawahan langsung dapat pula menggunakan garis tegak dan garsi datar atau blok, seperti tanpak pada kontruksi,
(5) Saya mengajar di kelas
Contoh analisisnya seperti berikut.
Saya
Mengajar
di
Kelas
Saya
Mengajar
di
Kelas
Saya
Mengajar
di
kelas
Saya
Mengajar
di
kelas

Tambahan transformasi memberikan penggambaran yang lain dalam analisis bahasa. Dalam tatabahasa transformasi digunakan diagram pohon dalam analisis frasa, klausa, ataupun kalimat kmudian dirumuskan pula kaidah rekursifnya dan didaftarkan leksikokn anggotannya. Conoh analisisnya sebagaimana kontruksi berikut.
(6) Adik berenang di sungai
Diagram pohon
K

N FV

V FP

Pr N2



Adik berenang di sungai


Kaidah Rakursif
K FN + FV
FN N1
FV V + FPr.
FPr Pr + N2
Daftar Leksikon Keterangan
N1 = Saya N = Nomina (kata benda)
N2 = Kelas V = Verba (kata kerja)
V = berenang Pr = Preposisi (kata depan)
Pr. = di

5.2 KONTRUKSI FRASA
5.2.1 Hakikat Frasa
Istilah frasa dalam bahasa Indonesia sering disamakan dengan istilah kelompok kata. Dengan pernyataan tersebut terimplikasi makna, bahwa frasa itu selalu terdiri ats dua kata atau lebih. Kenyataannya tidak selalu demikian. Perhatikan kalimat beikut.
(2-1) Si Hasan mencintai Lidia
Dalam kalimat tersebut terdapat dua frasa Si Hasan dan mencintai Lidia, yang masing-masing terdiri dari dua kata dan dua kata, tetapi, kalimat
(2-2)Hasan mencintai Lidia
Terdiri dari dua frasa Hasan dan mencintai Lidia. Frasa pertama terdiri dari satu kata dan frasa kesua terdir dari dua kata. Berdasarkan kenyataan tersebut, menunjukkan bahwa frasa adalah kontruksi sintakasis yang terdir dari dua kata atau lebih. Jadi, Hasan pada kalimat terakhir itu merupakan frasa (dalam kalimat itu) karena secara potensial dapat diperluas dengan kata sandang Si atau dengan penjelas yang ramah itu,dan seterusnya.
Sehubungan dengan hal itu, sebagian besar ahli bahasa merumuskan pengertian frasa (1) frasa diartikan sebagai suatu fungsi dan (2) frasa diartikan sebagai suatu bentuk. Sebagai suatu fungsi frasa merupakan stuan sintaksis terkecil yang merupakan pemadu kalimat. Jadi, frasa dapat terjadi atas sebuah kata, atau terdiri atas pembentukan, atau terdiri atas campuran kata dan bentukan-bentukan (Samsuri, 1985:93).
Sebagai suatu bentuk, frasa merupakan satuan gramatik yang berupa gabungan kata yang bersifat non predikat. Bersifat nonredikat maksudnya hubungan kata-kata yang membentuk suatu frasa tidak menyebebka fung si subjek dan predikatdalam fungsi tersebut (Kridalaksana dalam Oscar, 1993:162). Selanjutnya Ramlan (1987:121) mengemukakan bahwa frasa adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampai batas fungsi. Dari batasan terseut dapat disimpulkan bahwa frasa mempunyai dua sifat yaitu:
1)frasa merupkan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih;
2)frasa merupakan satuan yang tidak melebihih batas fungsi, yaitu dalam fungsi subjek, predikat, onjek, pelengkap, atau ketetangan.

5.2.2 Macam-macam Frasa
Frasa dapat diklasifikasikan menjadi dua kriteria, yaitu (1) berdasarkan kemampuuan inti frasa dalam mewakili seluruh frasa dan (2) berdasarkan jenis kata yang menjadi unsur inti frasa. Berdasarkan kemampua inti frasa dalam mewakili seluruh frasa, frasa dibedakan mejadi dua kategori, yaitu frasa endosentris dan frasa eksosentris. Frasa endosentris adalah frasa yang intinya dapat mewakili seluruh frasa. Contoh frasa tersebut adalah sebagai berikut.
(2-3) Adik saya yang nomor lima mengajar di SMA
(2-4) Tukang itu sedang memperbaki pintu kaca
(2-5) Paman dan bibi sudah lama tidak menyenguk kami.
Berdasarka jumlah inti frasa, frasa endoentris dibedakan atas, (1) frasa endosentris koordinatif, (2) frasa endosentris atributif, dan (3) frasa endosentris atributif. Frasa endosentris koordinatif adalah frasa yang intinya mempunyai inti yang berbeda-beda atau dengan kata lain frasa yang unsur-unsurnya memiliki kedudukan setara, seperti contoh berikut ini.
(2-6) Anak kecil itu pandai menyanyi dan menari
(2-7) Makan dan minum adalah rezeki dari Allah.
(2-8) Pengawai itu, rajin, jujur, dan teliti.
Frasa endosentris atributif adalah frasa yang mengandung satu inti frasa atau frasa yang memiiki anggota yang kedudukannya tidak sama, karena dalam frasa itu ada yang memiliki inti dan ada yang menduduki penjelas. Contoh frasa atributif sebafgai berikut ini.
(2-9 ) Banyak buku baru di toko itu.
(2-10) Pintu kayu jati mahal.
(2-11) Sudah dua kali ia datang ke rumhaku.
Frasa endosentris apositif sebenarnya mirip dengan frasa atributuf. Kekhasannya frasa ini memiliki anggota yang dapat saling menggantikan seluruh frasa. Biasanya unsur-unsur frsa ini tidak dapat dihubungkan dengan kata sambung dan atau atau dan selera semantis unsur yang satu dengan yang lainnya. Frasa endosentris atributif pada umumnya bersifat nominal. Contoh frasa ini sebagai berikut.
(2-12) Semeru, gunung yang tertinggi di pulau jawa, akan meletus.
(2-13) Sukarno, Republik Indonesia Pertama, dikenal sebagai ahli pidato.
(2-14) Surabaya, kota pahlawan terplih sebagai kota terbersih.
Berbeda dengan frasa endosentris frasa eksosentris adalah frasa yang anggota-anggotannya, baik inti maupun penjelasnya tidak mampu mewakili seluruh inti frasa. Contoh frasa eksosentris tersebut adalah sebagai berikut:
(1-15) di rumah Zainal ada acara perkawinan.
(1-16) Umar sedang pergi ke Surabaya.
(1-17) Yang mengarang buku itu Albartsani.
(1-18) Pramuka itu berkemah di dekat hutan lindung.
Berdasarkan jenis kata yang menjadi unsur intinya, frasa dibedakan atas (1) frasa nomina (FN), (2) frasa verba (FB), (3) frasa adjektifa (Faj), (4) frasa numeralia (FNum), (5) (frasa freposisi) (Fpref), (6) frasa konjungsi (Fkonj), dan lain-lain.

(1) Frasa Nomina
Frasa nomina adalah frasa yang memiliki distribusi yang sama dengan kata nomina. Dalam bahasa Indonesia terdapat pemadu yang berupa frsa nomina, seperti pertanyaan-pertanyaan siapa dan/atau apa akan memperoleh jawabah yang pada pokoknya berbetuk frasa nomina. Misalnya, siapa/apa (penjelas)?, akan jawab dengan kalimat-kalimat; Hasan!; anak itu!; petan!; malan1; beberapa!; pemuda!; Dokter mata!; kalung itu!; dan sebagainya.
Berdasarkan keterangan di atas, frasa nomina terdir atas hal-hal berikut (1) Nomina, yaitu kata-kata yang menunjukkan pengertian tentang orang, hewan, dan barang atau hal0hal yang abstrak, seperti dokter, guru, kucing, hamau, kursi, batu, sawah, dedmokrasi, dan pancasila; (2) Promonin, yaitu kata-kata yang menunjukkan pengertian orang pertama, orang kedua, orang ketiga, seperti aku,kami, kita, anda, engkau, kamu, kalian, dia, dan sebaginya; (3) Nama, baik baik bagi orang, hewan, maupun barang, atau hal, termasuk nama giografi seperti Wati, Badu, Citra, Faisal, Manis, Opak, Oma, Madura, Rembang, Barito, dan sebaginya; (4) Bentukan nomina, yang terdiri atas gabungan antara nominal, pronominal, atau nama dengan salah satu kata sarana, seperti kucing itu, beberapa ekor harimau, sebuah rumah, aku ini, mereka itu, Hasan itu, atau gabungan antra nomina dengan nama, seperti kota Malang, sungai Barit, Dokter Tabrani, dan sebagainya; atau atas bentukan nomina yang lain, seperti dokter mata, pohon palem, alas meja, dan sebagainya.
Frasa nomina adalha frasa yang keangotaannya dapat dikelompokkan sebagai berikut.
(1) Nomina + Nomina
(2-19) dia mahasiswa
(2-20) ayahnya pedagang
(2-21) buku pelajaran
(2) Nomina + Verba
(2-22) orang bertanya
(2-23) anjing menggonggong
(2-24) siswa belajar
(3) Nomina + Adjektiva
(2-25) gadis cantik
(2-26) anak pandai
(2-27) istri setia
(4) Nomeralia + Nomina atau Nomeralia + Nomina
(2-28) tiga pedagang
(2-29) mereka berdua
(2-30) sepuluh tentara berani mati
(5) Nomina + Frasa Preposisi
(2-31) pendatang dari Malang
(2-32) dia di Surabaya
(2-33) petani sawah
(6) Nomina + Frasa Konjungsi
(2-34) pemuda yang tampan
(2-35) baju yang berwarna hijau
(2-36) uang untuk membayar spp

(2) Frasa Verba
Frasa verba adala frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata verba. Dalam bahsa Indonensia terdapat kegiatan yang menyatakan suatu suatu kegiatan orang. Pada umumnya kata-kata yang menyatakan kegiatan dapat dinyatakan dengan kalimat tanya:
(pokok) sedang apa?
Jawaban terhadap pertanyaan pokok, sebagaimana disebutkan di atas, pad aumumnya berbentuk seperti: (sedang) tidur, (sedang) membaca koran, (sedang) membeli mangga (sedang) berlari, (sedang) makan, dan sebaginya. Jawaban-jawaban pokok yang ada kalanya memiliki kemiripan dengan frasa adjektiva, seperti (sedang) sibuk sekali, (sedang) sangat takut. Namun dengan demikian, kemiripan antara frasa verba dan adjektiva ini memiliki perbedaan dan distribusinya.
Frasa verba, dengan ini verba merupakan frasa yang keanggotannya dapat dirumuska sebagai berikut.
(1) Verba + Nomina
(2-25) membaca buku
(2-26) mengirimkan surat
(2-27) minum es buah
(2) Verba + Verba
(2-28) belajar membaca
(2-29) pulang minta uang
(2-30) pergi mengurus pekerjaan
(3) Verba + Adjektiva
(2-31) bersepeda santai
(2-32) tidur nyenyak
(2-33) berbicara pelan
(4) Verba + Preposisi
(2-34) bekerja di Surabaya
(2-35) datang dari kantor
(2-36) diberikan kepada temannya
(5) Verba + Frasa Konjungsi
(2-37) makan dengan lahapnya
(2-38) bekerja dengan tekun
(2-39) belajar dengan rajin
(6) Aspek + Verba
(2-40) akan pergi
(2-41) sudah dikembalikan
(2-42) belum dikerjakan
(7) Modal + Verba
(2-44) mungkin pulang
(2-45) barangkali sudah datang
(2-46) rupanya sedang tidur

(3) Frasa Adjektiva
Frasa adjektiva adalah frasa yang memiliki distriusi sama dengan kata adjektiva. Unsur-unsur frasa adjektiva adalah adjektiva sebagai intinya dan dengan adjektiva/frasa adjektiva, adverbia/frasa adjektiva, dan nomina sebagai atributnya. Frasa adjektiva memiliki kemungkinan keanggotaan sebagai berikut.
(1) Sarana Pembanding + adjektiva
(2-47) lebih tinggi
(2-48) agak lumayan
(4-49) kurang bagus
(2) Sarana superlatif + Adjektiva
(2-50) paling pandai
(2-51) paling kaya
(2-52) paling populer
(3) Aspek + Adjektiva
(2-53) sudah kaya
(2-54) bulem tinggi
(2-55) sudah cantik
(4) Modal + Adjektiva
(2-56) agak panjang
(2-57) mungkin baik
(2-58) kira-kira lumayan

(4) Frasa Numeralia
Frasa numeralia ialah frasa yang mempunyai distribusi yang sama dengan kata bilangan. Dalam bahsa Indonesia terdapat dua macam penggolongan kata/frasa numeralis, yaitu yang bersifat alami dan yang bersifat suatu ukuran. Penggolongan secara alami tiggal tiga macam saja, yaitu orang, ekor, dan buah, yang masing-masing untuk manusia, hewan, dan benda. Penggolongan yang bersifat suatu ukuran, yaitu depa, keranjang, pikul, kaleng, bungkus, dan sebagainya. Perhatikan contoh berikut ini.
(2-59) tiga depa tali
(2-60) empat keranjang jeruk
(2-61) tiga kaleng minyak
(2-62) dua botol kecap
(2-63) lima bungkus rokok

(5) Frasa Preposisi
Frasa preposisi ialah ialah frasa yang terdir dari kata preposisi sebagai penanda, diikuti oleh kata atau frasa sebagai aksinya. Perhatikan contoh erikut ini.
(2-64) di dalam peti itu
(2-65) dari pagi hari
(2-66) kepada teman setia
(2-67) pada pukul 08.00

(6) Frasa Konjungsi
Frasa yang didahului kata konjungsi. Frasa konjungsi memiliki kemungkinan keangotaan sebagai berikut.
(1) Konjungsi + Nomina
(2-68) dengan uang
(2-69) untuk anakku
(2-70) demi pacarnya
(2) Konjungsi + Verba
(2-71) agar berhasil
(2-72) dengan belajar lebih giat
(2-73) untuk menyelesaikan tugas
(3) Konjungsi + Adjektiva
(2-74) dengan cepat
(2-75) dengan hati-hati
(2-76) dengan pelan

5.3 KONTRUKSI KLAUSA
5.3.2 Hakikat Klausa
Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri dari Subjek (S) dan Predikat (P), baik disertai Objek (O), Pelengngkap (P), dan Keterangan (Ket) ataupun tidak dan mempunya potensi menjadi kalimat. Unsur intil klausa ialah S dan P. Namun demikian s, dalam kalimat luas sering dihilangkan akibat pengabungan kluasan dan klimat jawaban. Klausa adalah unsur kalimat, karena sebagian kalimat adalah terdiri dari dua unsur. Yaitu nsur intonasi dan unsur klausa. Jadim klausa itu adalh unsur segmentalnya kalimat yang menduduki fungsi S dan P atau P saja, tidak memiliki yang memiliki prosodi yang berupa intonasi, khususnya intonasi final. Apabila suatau klausa memunyai intonasi, maka satua gramatik tersebut bukan lagi klausa, melainkan sudah menjadi kalimat.
Sebagai unsur kalimat, klausa tidak selalu berdiri sendiri akan tetapi selalu berkombinasi dengan klausa-klausa yang lain, dngan tataran, fungsi, dan kelas yang samaa atau berbeda. Dengan demikian, dalam suatau kalimat dapat memiliki satu klausa atau lebih, tetapi dapat juga tidak memiliki klausa. Dalam kalimat tuggal seperti:
(4-01) Hasan bermain setiap hari.
Klausa yang menjadi unsurnya hanya satu, tetapi dalam kalimat kompleks berikut
(4-02) Ketika berjalan-jalan Pak Hasan bertemu Albartsani.
Klausa yang menjadi unsurnya berjumlah dua, yaitu:
(4-03) Pak Hasa berjalan-jalan dan
(4-05) Paka Hasan bertemu Albartsani

5.3.3 Macam-macam
Klausa dapat diklasifikasikan (1) tatarannya dalam kalimat, (2) potensinya untuk menjadi kallimat, (3) kelas kata predikatnya, dan (4) potensinya untuk mengagantikan fungsi gramatikal yang memperoleh klausan tersebut.

5.3.3.1 Klausa Atasan dan Klausa Bawahan
Sebagai unsur kalmat, klausa tidak selalu berdir sendiri, tetapi dapat berkombinasi dengan klausa-klausa yang lain. Berdasarkan tatarannya dalam kalimat, dikenal dengan klausa atasan dan klausa bawahan. Klausa atasan adalh klausa yang tidak menduduki fungsi sinaksis atau tidak menjadi unsur dari klausa lain, sedangkan klausa bawahan adalah kalausa yang menduduki fungsi sintaksis atau menjadi unsur dari klausa.
Contoh klausa atasan
(4-05) ketika adaik datang, saya sedang belajar.
(4-06) Hari dia tidak masuk kuliah, sebab kakinya sakit.
(4-07) Dia sudah pergi sebelum kami bangun.
(4-08) meskipun sedikit, saya tahu akan hal itu.
(4-09) Kakek menceritkan bahwa kancil itu binatang yang cerdik.
Contoh klausa bawahan
(4-10) Dia mengira bahwa hari akan hujan.
(4-11) Karena dia jahat, setiap hari oran gbenci kepadanya.
(4-12) Karena terus hujan, pertunjuka itu dibatalakan.


5.3.3.2 Klausa Bebas dan Klausa Terikat
(1) Klausa Bebas
Klausa bebas adalah klauss yang dapat erdiri sendiri sebagai kalimat sempurna. Klausa bebas dapat berdiri sendiri sebagai kalimat jika sudah intonasi final. Klausa tersebut sebagaimna contoh berikut ini.
(4-13) Mahasiswaitu berangkat ke kampus.
(4-14) Kolam itu penuh dengan ikan.
(1-15) Yunus menyukai sepakbola.
Dalam bahasa Indonesia, klausa dibedakan atas (1) klausa transitif, (2) klausa intransitif, (3) klausa ekuasional, (4) klausa turunan, (5) Klausa tanya, (6) klausa perintah, (7) klausa pasif, (8) klausa negatif, dan (9) klausa emfatik.

(2) Klausa Transitif
Klausa tranditif adalah klausa yang mengandung kata kerja transitif, yaitu kata kerja yang memiliki kapasitas objek langsung. Klausa tranditif tersebut sebagaimana contoh berikut ini.
(1-16) Anak itu menggambar burung.
(4-17) Orang tua itu manasehati anaknya.
(4-18) Bus itu menabrak anak kecil

(3) Klausa Intransitif
Klausa intransitif adalah klausa yang mengandung kata kerja intransitif, kata kerja yang tidak memiliki undur objek langsung. Klausa intransitif tersebut sebagaimana contoh berikut ini.
(4-19) Anak itu berjalan.
(4-20) Dia pergi
(4-21) Baapk Tidur.

(4) Klausa Ekuasional
Contoh-contoh berikut menunjukkan bahwa dalam bahasa Indonesia terdapat klausa ekuasional. Kategori predikat yang termasuk kategori klausa ekoasional itu bisa nomina, adjektiva, numeralia, dan bisajuga preposisi. Klausa tersebut sebagaimana contoh berikut ini.
(4-22) Adik saya seorang mahasiswa.
(4-23) Dia sangat rajin.
(4-24) Ayamnya lima.

(5) Klausa Tanya
Klausa tanya adalah klausa yang memerlukan jawaban iya/bukan. Seperti contoh pada contoh berikut ini.
(4-25) Apakah anda mahasiswa?
(4-26) Anda mahsiswa?
(4-27) Mahasiswakah Anda?

(6) Klausa Perintah
Klausa perintah dalam bahasa Indonesia, bisa terdiri dari subjek dan predikat, dengan susunan P-S (predikat diikuti subjek) seperti pada contoh berikut ini.
(4-28) Pergi, Kau!
(4-29) Tiatap semua!

(7) Klausa Pasif
Klausa aktif yang dimaksudkan di sini tidak tidak selalu merupakan oposisi klausa aktif. Hal ini perludiperhatikan karena dalam bahsa Indonesia terdapat kalimat padif yang tidak memiliki opoisi kalimat aktif, seperti pada contoh berikut.
(4-30) Sopir itu tertidu.
(4-31) Atlet itu tergelincir.
Adapun klausa pasif yang memiliki oposisi klausa aktif adalah seperti contoh berikut ini.
(4-32) Fara didoda Albartsani.
(4-33) Buku ini dihilangkan Chosin.
(4-34) Elly dikalahkan Sinegal.

(8) Klausa Negatif
Klausa negatif dalam bahasa Indonesia memiliki bermacam-macam penanda, yaitu negasi tidak ada negasi bukan. Negasi tidak dikenakan pada nomina, adjektiva , frasa preposisi, seperti pada contoh berikut ini.
(4-35) Mereka tidak bertengkar.
(4-36) Kelakuannya tidak baik.
(4-37) Bapak tidak di rumah.
Negasi bukan dikenakan pada predikat yang berkategori nomina atau numeralia, seperti pada contoh berikut ini.
(4-38) itu bukan kayu jati.
(4-39) Ayamnya bukan lima.
(4-40) dia bukan dokter

(9) Klausa Empatik
Dalam bahasa Indonesia klausa emfatik juga disebut denga klausa bertekanan, yaitu klausa yang ditandai oleh dua hal yaitu perubahan urutan dan partikel pementing. Perubahan ututan dinilai sebagai upaya tekanan bila perubahan tersebut membuat unsur tertentu menjadi ”penting”. Unsur yang menjadi penting itu denderung dikedepankan, seperti pada contoh berikut ini.
(4-41) dengan pisau itu dia mengupas mangga.
(4-42) kemarilah ibu datang.
(4-43) Habislah sudah acara kami.

(10) Klausa Terikat
Klausa terikat (dependent Clauses), yaitu kalusa yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kaimat sempurna; hanya mempunyai potensi menjadi kalimat tak sempurna. Hal itu disebabkan bahwa klausa terikat itu merupakan klausa tertahan dalam kontruksi kalimat. Kalusa terikat tersebut dapat dilihat pada contoh berikut ini.
(4-44) Anak itu senang karena ibunya datang
(4-45) Karena sibuk dia tidak bisa menghadiri resepsi itu.
(4-46) Pemuda yang tampan itu seorang pengusaha yang berhasil.
Klausa terikat dalam kalimat menduduki posisi marginal, sehingga disebut juga klausa margin, dan klausa tempat tertanamnya disebut dasar. Klausa marginal itu disebut juga klausa luar inti dan klausa dasar disebut juga klausa inti (clause root).
Dalam bahasa Indonesia klausa terikat dapat berkatagori nomina, adjektiva, dan adverbia.

(11) Klausa Nominal
Klausa noinal adalah klausa terikat yang dapat bertindak sebagai nomina, seperti pada contoh beikut ini.
(4-47) Siapa yang datang pasti mendapat bingkisan.
(4-48) Orang yang tidak menuruti nasehat itu kena racun.
(4-49) Yang ksu ambil itu bukan milikmu.

(12) Klausa klausa Adjektiva
Klausa adjektiva adalah klausa terikat yang bertindak sebagai adjektif. Perhatikan contoh berikut ini.
(4-50) Lelaki jahat itu dipukuli orang kampung.
(4-51) Gadis cantik itu pacar saya.
(4-52) Wanita nakal itu ditangka polisi.

(13) Klausa Keterangan
Klausa keterangan disebut juga klausa adverbia adalah klausa terikat yang bertindak sebagai keterangan. Klausa keterangan seperti pada contoh berikut ini.
(4-53) Polisi segera datang di tempat kecelakaan itu terjai..
(4-54) Mereka melarikan diri ketika serangan baru mulai di laksanakan.
(4-55) Dia pergi ke tempat yang disukai.




5.4 KONTRUKSI KALIMAT
5.4.1 Hakaikat Kalimat
Batasan mengenai kalimat telah banyak telah banyak dikemukakan oleh para ahi bahasa. Sehubugan dengan itu, dala buku ini tidak akan disampaikan batasan tang dikemukakan oleh para ahli bahasa tersebut. Dalam buku ini hanya kan menyampaikan simpulan batasa yang pernah dikemukakan oleh para ahli bahasa. Ssimutal batasan kalimat tersebut adalah sebagai berikut:
Kalimat adalah bagian terkecil ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan. Dalam wujud lisan kalimat diiringi oleh alunan titinada, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi selesai da diikuti oleh kesenyapan yang memustahilakan adanya perpaduan atau assimilasi bunyi. Dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru; da sementara itu disertai pula di dalamnya berbagai tanda baca yang berupa spasi atau ruang kosong, koma, titik koma, titik dua, dan atau sepasang garis pendek yang mengapit bentuk tertentu. Tanda titik (.), tanda tanya, (?) dan tanda seru (!), sepadan dengan intonasi selesai, sedangkan tanda baca hanya sepadan dengan jeda. Adapaun kesenyapan diwujudkan sebagai ruang kosong setelah tanda titik, tanda tanya, dan tanda perintah, atau ruang kosong sebelum huuruf kapital permulaan. Alunan titinada pada kebanyakan hal tidak ada padanannya dala bentuk tertulis.
Di pandang dari sudut logika, kalmat dideefinisikan sebagai ujaran yang berisikan pikiran secara lengkap yang tersusun dari subjek dan predikat, dengan pengertian subjek adalah tentang apa sesuatu dikatakan dan predikat adalah apa yang dikatakan tentang subjek. Yang perlu diperhatikan ialah bahwa istilah subjek dan predikat itu mengacu kepada fungsi, tidak kepada jenis kata.
Berdasarkan kenyataan bahwa dalam pelaksanaan bahasa (parole) tidak semua unur dari sistem (langue) bahsa direalisasikan, maka sebagai dasar penetapan bentuk kebahasaan yang mana dapat dianggap sebagai kalimat, kita gunakan saja struktur bahasa atau sistem batinnya bahasa. Kerena itu kalimat pada hakikatnya berupa proposisi, sehingga dalam kaimat dasar, mestinya mempunyai kata atau frasa yang berfungsi sebagai subjek dan kata atau frasa yang berfungsi sebagai predikat. Dalam bahasa Indonesia pola kalimat dasar itu adalah seuah subjek diikuti oleh sebuah predikat. Baik fungsi subjek atau fugsi predikat dapat diduduki oleh kata tunggal atau frasa.

5.4.2 Pengenalan Kalimat
Apakah sebuah ujaran (lisan ataupun tulisan) merupaka kaimat atau bukan? Persyaratan pokok yang perlu diperhatikan adalah (1) unsur predikat dan (2) permutasi (perubaha urutan) unsur kalimat. Kedua dasar itu dapat dijadikan sebagai alat pengenalan apakan suatu ujaran dapat dikatakan sebagai kalimat.
Setiap klaimat da;am unsur lahirnya sekurang-kurangnya memiliki presikat. Dengan kata lain, jika suatu ujaran memiliki presikat, ujaran tersebut disebut kalimat, sedangkan untaian kata yang tidak memilikii predikat disebut sebagai frasa. Untuk menentukan predikat suatau kalimat, dapat dilakukan pemeriksaan apakah ada verba (kata kerja) dalam untaian kata itu, misalnya dalam contoh berikut.
(3-1) Siswa itu membaca
(3-2) Siswa itu menulis surat.
Pada contoh tersebut ada verba (1) membaca dan (2) menulis. Apakah verba itu merupakan predikat? Untuk itu perlu dilakukan permutasi. Apakah ada perubahan onformasi setelah dilakukan permutas kalimat (3-1 dan 3-2) itu, seperti berikut ini.
(3-1a) Membaca // siswa itu.
(3-2a) Menulis surat // gadis itu.
Peubahan tersebut juga disertai perubahan intonasi (lagu kalimat). Dala contoh (3-1 dan 3-2) tanda garis miring (//) menandakan batasa satu unit, yaitu unsur yang dicalonkan sebagai predikat dan unsur yang dicalaonkan sebagai subjek. Prhatikan contoh berikut.
(3-1) Siswa itu membaca
(3-2) Siswa itu menulis surat.
Bandingkan:
(3-1a) Membaca // siswa itu.
(3-2a) Menulis surat // gadis itu.
Ternyata dengan adanya permutasi tersebut tidak mengubah informasi dasar, sehingga contoh (3-1 dan 3-2) adanya kalimat. Perhatikan contoh berikut ini.
(3-3) Siswa yang membaca itu --- (3-3a) Yang membaca itu // siswa. Contoh (3-3) jika dipisahkan unsurnya menjadi siswa yang membaca itu serta dipermutasikan menjadi yang belajar itu // anak, tanpaknya tidak ada perbedaan makna. Contoh (3-3) tanpaknya tidak dapat dipisahkan seperti itu
(3-3) Siswa yang belajar itu (menangis)
Jika dalam suatu ujaran tidak ditemukan verba, tetapi ada nomina, adjektiva, preposisi, maka nomina, adjektiva, preposisi tersebut dapat menduduki predikat, seperti contoh berikut ini.
(3-4) Kuda itu binatang
(3-5) anak itu pandai
(3-6) ayah di Surabaya
Demikian pula verba, sebagaimana nomina dapat menduduki subjek jika disertai kata itu, seperti contoh berikut.
(3-7) Menolong itu perbuatan baik.
Kata penanda ialah, adalah dan merupakan juga dapat digunakan sebagai penanda suatu kalimat. Dengan kata lain, suatu perkataan yang di dalamnya terdapat satu dari ketika kata itu menunjukkan bahwa pernyataan itu merupakan suatu kalimat, seperti contoh berikut ini.
(3-8) Neutron adalah par tikel tanpa muatan listrik.
(3-9) Kekayaan itu ialah kata benda yang sangat berharga.
(3-10) laki-laki tua itu merupakan orang tua yang berhasil mendidik anaknya.
Kata adalah banyak digunakan untuk meyataka batasan (definisi), sedangkan kata ialah lebih banyak membuat nomina (”sesuatu”) di sebelah kiri (subjek) identik (sama) dengan nomina (”sesuatu”) disebelah kanan penanda predikat ialah. Dalam kenyataan penanda predikat ialah dan adalah dapat dipertukarkan. Sedangkan penanda predikat merupakan kebanyakan digunakan untuk mendeskripsikan atau menguraikan nomina (”sesuatu”) yang berada disebelah kiri penanda predikat merupakan.
Kata ialah dan adalah tidak dapat dipertukarkan dengan kata penanda yaitu dan yakni. Kata yatu dan yakni berfungsi menjadi penghubung antara penjelas (perincian) sesuatu yang telah disebut terlebih dahulu. Misalnya, penggunaan kata ialah dan adalah pada kalimat berikut salah, karena bukan penanda predikat.
(3-11) kita memiliki jaminan, ialah rumah, mobil, dan tabanas.
(3-12) ada tiga pusat pendidikan yang harus kita perhatikan, adalah sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Kedua kalimat itu yang benar adalah
(3-11a) kita memiliki jaminan, yaitu/yakni rumah, mobil, dan tabanas.
(3-12) ada tiga pusat pendidikan yang harus kita perhatikan, yaitu/yakni sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Berdasarkan uraian kalimat tersebut dapat disimpulkan bahwa sesuat pernyataan merupakan kalimat jika di dalamnya sekurang-kurangnya terdapat predikat dan subjek, baik disertai objek, pelengkap, atau keterangan maupun tidak, bergantung kepada tipe verba predikat kalimat tersebut. Jika dituliskan, kalimat diawali dengan huruf kapital diakhiri dengan titik, tanda seru, dan tanda tanya. Simpulan ini digunakan berdasarkan kelengkapan unsur gramatikal kalimat ataupun makna untuk kalimat yang dapat mandiri, kalimat yang tidak terikat dengan unsur lain dalam penggunaan bahasa.

5.4.3 Ciri-ciri Fungsi (Sintaksis) Kalimat
Dalam kontruksi kalimat terdapat beberapa unsur fungsi, yaitu: subjek, predikat, objjek, pelengkap, dan keterangan. Unsur-unsur fungsi tersebut bukan semata-mata untuk menganalisis/menguraikan kalimat atas dasar unsur0unsurnya itu, tetapi juga untuk mengecek apakah kalimat yang kita hasilkan memenuhi syarat atau kaidah tatabahasa karena kaimat yang benar harus memiliki kelengkapan unsur kalimat. Berikut ini akan diuraikan unsur-unsur fungsi kalimat tersebut.

5.4.3.1 Subjek
Subjek adalah unsur pokok yang terdapat pada suatu kalimat di samping unsur predikat. Dengan kata lain subjek merupakan elemen atau unsur kalimat yang menjadi pokok peembicaraan atau dijelaskan predikat. Adapun ciri-ciri subjek tersebut, yaitu sebagai berikut.
(1) Jawaban apa dan siapa.
(2) Disertai kata itu.
(3) Didahului kata bahwa.
(4) Mempunyai keterangan pewatas yang.
(5) Tidak didahului Preposisi (dari, dalam, di, ke, kepada, pada)
(6) Berupa nomina atau frasa nomina, dan
(7) Berupa verba atau frasa verba.
Perhatikan contoh berikut ini.
(3-13) Hasan menangis
(3-14) Diah telah dinikahkan dengen laki-laki pilihan orang tuannya.
(3-15) lembaga pendidikan itu telah maju dengan pesat.
(3-16) Lukisan itu bagus


5.4.3.2 Predikat
Sebagaimana dijelaskan pada pembicaraan yang sebelumnya, bahwa predikat merupakan unsur utama suatu kalimat, di samping subjek. Predikat dalam hal ini dapat dikatakan unsur atau elemen kalimat yang memberikan penjelasan tentang subjek atau menrangkan subjek. Adapun ciri-ciri predikat secara terperinci adalah sebagai berikut.
(1) Merupakan jawban atas pertanyaan mengapa atau bagaimana
Perhatikan contoh berikut ini.
(3-17) Faradina menyiram bunga.
(3-18) Albartsani baik-baik.
Dalam kalimat (3-17) menyiram merupakan jawaban atas pertanyaan mengapa Faradina dan baik-baik dalam kalimat (3-18) merupakan jawaban mengapa Albartsani. Demikian juga sedang dibangun dalam kalimat (3-19) merupakan jawaban atas pernyataan mengapa rumah Pak Hasan.
(3-19) Rumah Pak Hasan sedang dibangun.
(2) berupa kata adalah atau ialah
Perhatikan contoh berikut ini
(3-20) Jumlah pendaftar lulusan SLTA yang akan diterima sebagai calon mahsiswa baru adalah
(3-21) Kekayaan itu ialah hata benda milik.
(3) Berupa kata frasa verba
Perhatikan contoh berikut ini
(3-22) Kucing Tabrani beranak tiga ekor.
(3-23) Gadis itu sedang berjalan-jalan di halaman.
(4) Berupa kata atau frasa nomina
Perhatikan contoh berikut ini
(3-24) Ayahnya Polisi.
(3-25) ia seorang pedagang kaya
(5) Berupa kata adjektiva atau frasa adjektiva
Perhatikan contoh berikut ini.
(3-26) Gadis itu cantik.
(3-27) Bapak Zainal ramah sekali.

(6) Berupa kata numeralia
Perhatikan contoh berikut ini.
(3-28) Saudaranya delapan orang.
(3-29) Nilainya seratus.
(7) Berupa frasa preposisi
Perhatikan contoh berikut ini:
(3-30) Pertemuan itu di Balai Kelurahan
(3-31) Pamannya di Jawa timur.
(8) Dapat disertai kata-kata aspek atau modalitas
Perhatikan contoh berikut ini.
(3-32) Pamannya baru saja berangkat.
(3-33) Buku Pak Hasn sudah dikembalikan.
(3-34) Mahasiswa itu belum mengerjakan tugas.
(3-35) Baju yang ditawarkan agaknya lumayan juga.
(9) Dapat diingkarkan
Perhatikan contoh berikut ini.
(3-36) Luluk tidak melupakan tugas rumah tangganya.
(3-37) Dia bukan mahasiswa Umisma.
(3-38) Universitas Islam Malang tidak termasuk universitas tertuan di Malang.
(3-39) Soeharto bukan orang kuat sekarang.

5.4.3.3 Objek
Objek adalah unsure atau elemen kalimat penyerta predikat yang tidak berfungsi sebagai predikat. Objek merupakan kalimat yang dapat diperlawankan dengan subjek. Objek juga merupakan unsur kalimat yang bersifat wajib dalam susunan kalimat pasif ataupun dalam susunan kalimat intransitif, berpredikat verba, berawalan ber-, ke-an. Dengan kata lainn objek hanya terdapat pada kalimat aktif transitif, yaitu kalilmat yang sedikitnya mempunyai tiga unsur utama, subjek, predikat, dan objek.
Adapun ciri-cirinya adalah sebagai berikut.
(1) Penyerta predikat
Unsure objek penyerta predikat, langsung berada di belakang predikat. Sebagaimana dibicarakan di atas, onjek terdapat dalam struktur kalimat aktif transtif, yaitu kalimat yang memilikiunsur subjek, predikat, dan objek. Perhatikan contoh berikut ini.
(3-40) Truk-truk itu mengangkut beras.
(3-41) Seorang perempuan membeli empat batag sabun.
(3-42) Mengerjakan beberapa soal mereka.
(3-43) Menciptakan sejumlah opera dia.
Kalimat (3-40 dan 3-41) mempunyai urutan S-P-O, sedangkan kalimat (3-42 dan 3-43) mempunyai urutan P-O-S. Berdasarkan contoh di atas, jelas bahwa objek hanya menyertai predikat atau hanya berada di belakang predikat.

(2) Dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif
Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa objek hanya terdapat dalam kaimat aktif dan dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Walaupun objek itu telah menjadi subjek, perannya tetap sebagai sasaran. Perhatikan contoh berikut ini.
(3-44) Albatsani menemukan gelang di pantai.
(3-41) Hasan sudah melihat gelang itu.
Kedua kalimat di atas dapat dipastikan. Perubahan kalimat aktif menjadi kalimat pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai denga bentuk dan perubahan bentuk verba predikatnnya.
(3-44a) Gelang ditemukan Albartsani di pantai.
(3-45a) Gelang itu sudah dilihat Hasan.




(3) Tidak didahului preposisi
Objek yang selalu menempati preposisi di belakang predikat itu tidak didahului preposisi. Dengan kata lain, diantaranya predikat dan objek tidak dapat disisipkan preposisi. Perhatikan contoh berikut ini.
(3-36) Panglima Sudirman tidak mau menyerah kepada musuh.
(3-37) Anak itu mendapatkan hadiah dari sekolahnya.
Pada contoh kalimat (3-46) di atas, kata musuh bukan objek karena unsur itu didahului oleh preposisi kepada. Unsur itu menjadi satu kesatuan dengan preposisi kepada sehingga kepada musuh merupakan frasa preposisi yang berfungsi sebagai keterangan. Demikian juga, pada contoh kalimat (3-47) di antara kata mendapatkan dan hadiah dari sekolahnya tidak bisa disisipkan preposisi seperti kata pada atau dari atau pada. Jika disisipikan preposisi, kata hadiah tidak lagi berfungsi sebagai objek, tetapi sebagai keterangan.
Contoh berikut ini memperlihatkan deengan jelas bahwa unsur yang didahului preposisi bukan objek.
(3-48) Pada zaman dahulu orang makan dengan tangan.
(4-49) Pada zaman dahulu orang makan tangan.
Berbeda dengan kata bahwa pada kalimat berikut ini.
(3-50) Mahasiswa mengatakan bahwa Pak Hasan hari ini ia tidak dapat datang
Kata bahwa menjadi penghubung yang berfungsi menominalkan objek yang berupa kalimat. Pernyataan mulai dari bahwa sampai akhir kalimat itu adalah objek.

5.4.3.4 Pelengkap
Pelengkap adalahunsur atau elemen kaimat yang menyertai predikat. Pelengkap dan objek memiliki kesamaan, yaitu menyertai predikat, perbedaannya terletak pada oposisi kalimat pasif, pelengkap tidak menjadi subjek dalam kaimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap di belakang predikat kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek dalam kalimat pasif, bukan pelengkap. Perhatikan contoh berikut ini.
(3-51) Ibu membelikan adik baju baru.
(3-52) Fajar memberi saya buku bahasa Indonesia.
Dalam kedua contoh di atas, baju baru dan buku bahasa Indonesia adalah pelengkap, sedangkan adik dan saya adalah objek. Kata adik dan saya dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif, sedangkan frasa baju baru dan bahasa Indonesia tetap pelengkap. Perhatikan contoh berikut ini.
(3-51a) Adik dibeikan baju baru oleh ibu.
(3-52a) Saya diberi buku bahasa Indonesia oleh Fajar.
Pada contoh berikut iniunsur yang terdapat di belakang predikat berbeda fungsi meskipun sama wujudnya.
(3-53) Tabrani berjualan makanan.
(3-54) Tabrani menjual makanan.
Pada kalimat (3-53) kata makanan berfungsi sebagai pelengkap, sedangkan pada kalimat (3-54) kata makanan berfungsi sebagai objek.
Berdasarkan contoh di atas, ciri-ciri pelengkap adalah sebagai berikut.

(1) Penyerta Predikat
Sebagaimana contoh-contoh di atas, pelengkap terdapat di belakang predikat atau penyerta predikat. Ciri ini sama dengan ciari objek. Perhatikan contoh-contoh berikut ini.
(3-55) Diah mengirimi saya buku baru.
(3-56) Desa kami kedatangan tamu pentng.
(3-57) Anaknya telah menjadi pengusaha besar.

(2) Tidak Didahului Preposisi
Sebagaimana halnya objek, pelengkap tidak didahului preposisi. Perhatikan contoh berikut ini.
(3-58) Kamali memberikan saya sepatu kulit.
(3-59) tindakan ini berdasarkan hukum.
(3-60) Kamali membeli sepatu kulit untuk saya.
(3-61) Tindakan ini berdasarkan pada hukum.
Frasa sepatu kulit pada kalimat (3-58) dan kata hukum pada kalimat (3-59), merupakan pelengkap karena tidak didahului preposisi. Sebaliknya, frasa untuk saya pada kalimat (3-60) dan frasa pada hukum pada kaimat (3-61) merupakan unsur keterangan karena didahului oleh preposisi.

5.4.3.5 Keterangan
Keterangan merupkan unsur kalimat yang memberikan informasi leih lanjut tentang sesuatu yang dinyatakan dalam kalimat, misalnnya memberi informasi tentang tempat, waktu, cara, sebab, tujuan. Keterangan dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Keterangan yang berupa frasa dapat ditandai dengan prepsisi, seperti di, ke, dari, dalam, pada, kepada, terhadap, tentang, dan untuk. Keterangan yang berupa anak kalimat disertai dengan tanda peghubung, seperti ketika, karena, meskipun, supaya, jika dan sehingga. Berikut ini akan diuraikan ciri-ciri keterangan dan jenis-jenis keterangan. Berikut ini akan diuraikan beberapa ciri keterangan.

(1) Bukan unsur utama
Bebeda dari subjek, predikat, objek, dan pelengkap, keterangan meruakanunsur atau elemen tambahan (periferal). Yang hadirnya dalam struktur dasar tidak bersifat wajib. Karena itu keterangan bukan meruaka unsur utama dalam suatu kalimat. Perhatikan contoh berikut ini.
(3-62) Kemarin Hasan menulis surat kepada Albartsani.
(3-63) Dengen komputer setiap kegiatan bisa dipantau.
Kata kemarin dan kata Albartsani pada kalimat (3-58) pada frasa dengan komputer merupakan keterangan. Jika unsur keterangan tersebut dihilangkan kalimat tersbut masih gamatikal, seperti pada contoh erikut ini.
(3-62a) Hasan menulis surat.
(3-63a) setiap kegitan bisa dipantau.

(2) Tidak terikat posisi
Di dalam kalimat, keteranga merupakan unsur kalimat yang memiliki kebebasan tempat. Keterangan dapat menempati posisi di awal atau akhir kalimata, di antara subjek dan predikat. Perhatikan contoh berikut ini.
(3-64) Sekarang Faradina sudah kelas 1 SD
(3-65) Faradian sekarang sudah kelas 1 SD
(3-66) Faradina sudah kelas 1 SD sekarang.
Kata sekarang pada kelimat-kaimat tersebut menempati posisi awal, akhir dan antara subjek dan predikat.
Berdasarkan perannya keterangan dibedakan atas (1) keterangan waktu, (2) keterangan tempat, (3) keterangan cara, (4) keterangan yang menyatakan sikap pembbicara (modalitas) dan sebagainya.

(1) Keterangan Waktu
Keterangan waktu dapat berupa kata, frasa, atau anak kalimat. Kalimat-kalimat yang berisi keerangan waktu, sebenarnya bermacanm-macam, bergantung pada keeragan waktu itu. Seperti yang telah di atas, bahwa keterangan waktu dapat menempati posisi bebas, di awal di tengah, tau di akhir kalimat. Di samping keteranga waktu yang dapat menduduki posisi sebagaimana diterangkan di atas, ada pula keteranga waktu yang hanya menjadi penjelas sebuah frasa nomina, baik sebagai subjek maupun sebagai objek. Perhatikan contoh berikut ini.
(3-67) Kemarin // polisi menangkap pencuri.
(3-68) polisi menangkap pencuri // kemarin.
(3-69) Polisi // kemarin // menangkap pencuri.
(3-70) Polisi menangkap // pencuri kemarin.
(3-71) Polisi kemarin // manangkap pencuri.
Pada kalimat (3-67, 3-68, dan 3-69) kata kemarin menerangkan waktu yang jelas menerangkan suatu keadaan, pada posisi awal, tengah, dan akhir. Sebaliknya pada kalimat (3-70) berisi keterangan waktu yang sesuai dengan lagu kalimat, yang ternyata pada pemenggalan kalimat tersebut menerangkan Objek (pencuri), demikian juga kalimat (3-71) pengalan kalimat tersebut menerangkan subjek (polisi).

(2) Keterangan Tempat
Keterangan tempat berupa frasa yang menyatakan tempat yang ditandai oleh preposisi di, pada dan dalam. Preposisi itu selalu mendahului nomina yang menerangkan tempat. Sebagaimana keterangan waktu, keterangan tempat mempunyai beberapa fungsi, diantaranya mmberi keterangan pada subjek, objek dan seluruh keadaan dalam kalimat. Perhatikan contoh berikut ini.
(3-72) Polisi di Surabaya // menangkap mahasiswa.
(3-73) Polisi menangkap // mahasiswa di Surabaya.
(3-74) Di Surabaya // polisi menangkap mahasiswa.
(3-75) Polisi // di Surabaya // menangkap mahasiswa.
(3-76) Polisi // menangkap mahasiswa di Surabaya.
(3-77) Polisi di Surabaya menangkap mahasiswa.
(3-78) Polisi menangkap mahasiswa di Surabaya.
Pada kelimat (3-72) memberi keterangan pada subjek, (3-73) memberi keterangan pada objek, kalimat (3-74, 3-75, 3-76) memberi keterangan terhadap seluruh keadaan dalam kalimat, dan kalimat (3-77 dan 3-78) menunjukkan keraguan penafsiran.

(3) Keterangan Cara
keterangan cara dapat berupa kata ulang, frasa, atau anak kalimat yang menyatakan cara. Keterangan ini ditandai oleh kata dengan, cara, dan dalam. Perhatikan contoh berikut ini.
(3-79) Mereka belajar dengan alat peraga.
(3-80) Dengan gembira Suraji menulis surat.
(3-81) Pejabat itu dengan tegas menolak hasiah itu.
(3-82) Dalam memacu proses komputerisasi kita melibatkan pihak swasta.
Keterangan cara yang berupa kata ulang merupakan perulangan adjektiva, seperti contoh berikut ini.
(3-83) Cepat-cepat dia pergi.
(3-84) Berbicaralah baik-baik.

(4) Keterangan Sebab
keterangan sebab berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan sebab yang berupa frasa ditandai oleh kata karena atau lantara, lantara, yang diikuti oleh nomina atau frasa nomina seperti contoh berikut ini.
(3-85) Dia masuk jurusan bahasa Indonesia karena mendapat beasiswa.
(3-86) lantaran istrinya, oran gitu berhasil menyelesaika kuliahnya.

(5) Keterangan Tujuan
keterangan ini berupa frasa atau anak kalimat. Keterangan tujuan yang berupa ditandai oleh kata untuk atau demi, sedangkan keterangan tujuan yang berupa anak kalimatditandai oleh konjungsi supaya, agar, atau untuk. Perhatikan contoh berikut ini.
(3-87) Mereka bekerja keras demi anak istrinya.
(3-88) Dia datang untuk memukulku.
(3-89) Kita perlu menemui dia agar masalah ini cepat selesai.
(3-90) Kita perlu meneingkatkan kedidiplinan supaya berhasil.

5.4.4 Macam-macam Kalimat
5.4.4.1 Kalimat Dasar dan Perubahannya
Bahasa yang kita gunakanm baik lisan maupaun tulis, terdiri atas satuan-satuan yang berisi pernyataan. Satuan tulisan itu dikenal sebagai kalimat. Kaliamat yang kita gunakan atau yang kita bentuk dapat kita kembalikan ke salah-satu pola dasar kalimat-kalimat tersebut. Pola kalimat terseut yang kita sebut kalimat dasar.
Kalimat dasar tentulah harus mencakup beberapa ketentuan sebagai berikut (1) tataurut kata-katanya haruslah merupakan urutan yang biasa terdapat pada kalimat-kalimat netral, (2) intonasinya selalu intonasi yang paling netral, artinya intonasi yang tidak boleh menyebabkan perubahan atau pergeseran arti leksikalnya, (3) mempunyai dua unsur pusat, yaitu unsur pusat yang berfungsi sebagai subjek dan unsur pusat yang berfungsi sebagai predikat, (4) fung si subjek diduduki oleh nomina/frasa nomina atau pronomina/frasa pronomina, sedangkan fungsi predikat diduduki oeh nomina/frasa nomina, verba/frasa verba, adjektiva/frasa adjektiva, nomeralia/frasa nomeralia, atau frasa preposisi.
Di samping itu, kalimat dasar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (1) tunggal, artinya terdiri atas satu klausa bebas, tanpa klausa terikat, bukan kalimat bersusun/majemuk, (2) sempurna (mayor), bukan kaliamat tak sempurna (minor), (3) pernyataan, bukan kalimat pertanyaan atau perinta, (4) aktif, (untuk kalimat verba), bukan kalimat pasif, dan (5) afirmatif, bukan kalimat negatif (Tarigan, 1984:18).
Berdasarkan ciri-ciri tersebut, kaliamat dasar bahasa Indonesia memiliki pola sebagai berikut.
(1) Berdasarkan Dasar Berpola SPOK
(3-91) Anak itu melemparkan batu ke pintu rumah Yasin.
(3-92) Anwar mengirimkan surat kepada orang tuannya.
(3-93) Mulyadi meneluarkan buku dari rak bukunya.
(2) Kaimat Dasar Berpola SPOPel
(3-94) Suparno meminjami saya uang.
(3-95) Nur Saewan membuatkan anaknya rumah.
(3-96) Semua iotu memberi kita semangat.
(3) Kalimat Dasar Berpola SPO
(3-97) Siti Alwiyah mewakili wanita Indonesia.
(3-98) Hukum itu melindungi kebenaran.
(3-99) Kita memerangi kemiskinan.
(4) Kalimat Dasar Berpola SPPel
(3-100) Negara kita berdasarkan Pancasila.
(3-101) Planet itu menyerupai sabit.
(3-102) Mereka kehilangan uang.
(5) Kalimat Dasar Berpola SPK
(3-103) Gagasan itu terdapat dalam buku Sastra Baru Indonesia.
(3-104) Pagar itu terbuat dari logam.
(3-105) Dia berasal dari Malang.
Kalimat Dasar Berpola SP (P:Verba)
(3-106) Bumi berputar,
(3-107) Peluncuran itu tertunda.
(3-108) Soeharto sedang sakit.
(7) Kalimat Dasar Berpola SP (P:Nomina)
(3-109) Dia ilmuan muslim.
(3-110) Ayahnya polisi.
(3-111) Anjing itu binatang.
(8) Kalimat Dasar Berpola SP (P:Adjektiva)
(3-112) Kancil itu cerdik
(3-113) Siti Fatimah cantik.
(3-114) Dia hebat.

5.4.4.2 Kalimat Aktif dan Kalimat Pasif
Kalimat aktif adalah kalimat dasar, sedangkan kalimat aktif merupakan kalimat ubahan dari kalimat aktif. Penglihatan kalimat aktif dan pasif dalam kalimat ini sebenarnya bertolak dari kerangka pemikiran relasi antara subjek dan predikat yang dilihat dari segi peran apa yang dilakukan oleh subjek dilihat dari segi peran apa yang dilakukan subjek terhadap perbuatan apa yang dinyatakan pada predikat.
(1) Kalimat Aktif
Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya merupakan pelaku perbuatan yang dinyatakan pada predikat. Oleh karena itu, kalimat aktif ini hanya terdapat pada kalimat yang mempunyai predikat verba buatan. Dengan kata lain, kalimat aktif hanya terdapat pada kalimat yang predikatnya berupa verba aktif. Kalimat aktif dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu (1) kalimat aktif yang berobjek (transitif) dan (2) kalimat aktif yang tidak berobjek (intransitif). Perhatikan contoh berikut ini.
(3-115) Anak itu memetik bunga di halaman.
(3-116) Ibu akan membeli baju baru.
(3-117) Anak itu menamai anaknya Pariyem.
(3-118) Ayah membelikan kakak baju baru.
(3-119) penyanyi itu menyanyikan lagu baru.

a. Kalimat Aktif Transitif
Dalam kalimat aktif transitif, subjek berperan sebagai pelaku perbuatan yang dinyatakan pada predikat, dan objek menjadi sasarannya. Predikat kalimat aktif transitif berupa verba aktif (transitif). Verba aktif yang mengisi predikat pada umumnya ditandai oleh awalan meN-, seperti kata menulis, membaca, mencatat, memperluas, menjalani, melamar, dan sebagainya. Verba seperti tersebut, jika digunakan dalam kalimat menuntut kehadiran subjek sebagai pelaku dan objek sebagai sasaran.
Di samping berawalan meN-, ada beberapa verba aktif transitif yang tidak berawalan meN-, seperti contoh berikut ini.
(3-120) Tohari minum teh.
(3-121) Yasin makan gado-gado.

b. Kalimat Aktif Instransitif
Awalam meN-, di samping menandai kalimat aktif transitif (berobjek), juga menandai kalimat aktif intransitif (kalimat yang tidak memerlukan kehadiran objek), misalnya menangis, menyerah, melapor, menari, menyanyi, seperti contoh berikut ini.
(3-122) Anak kecil itu menangis.
(3-123) Dia tidak mau menyerah kepada musuhnya.
(3-124) Para demontran itu melangkah tanpa komentar.
(3-125) Artis itu menari.
(3-126) Kami sudah melapor kepada gurunya.
Kalimat aktif transitif, juga ditandai oleh verba yang berawalan ber-, misalnya berjalan, berolah raga, bertanya, bekerja, dan belajar, seperti pada contoh-contoh berikut.
(3-127) Mahasiswa itu berjalan setiap hari.
(3-128) Ayahnya bekerja di Jakarta.
(3-129) Dia ingin belajar di Perpustakaan.
(3-130) Ketika kuliah dia sering bertanya.
Di samping itu, ada sejumlah verba yang tidak berawalan yang termasuk verba aktif (intransitif), seperti kembali, datang, masuk, pergi, dan bangkit. Perhatikan contoh berikut ini.
(3-131) Guru teladan itu telah kembali ke kota kelahirannya.
(3-132) Wanita itu datang setelah kematian suaminya.
(3-133) Mereka telah masuk pada perangkap musuh.
(3-134) Indonesia bangkit di bawah kepemimpinannya.
(3-135) Dia pergi tanpa pamit.

(2) Kalimat Pasif
Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya tidak berperan sebagai pelaku, tetapi berperan sebagai sasaran perbuatan yang dinyatakan predikatnya. Kalimat pasif merupakan kalimat ubahan dari kalimat aktif. Hal it dilakukan dengan pengubahan unsur objek kalimat kalimat aktif menjadi subjek pada kalimat pasif. Perubahan itu menyebabkan perubahan bentuk verba pengisi predikat, yaitu verba aktif menjadi verba pasif. Kalimat-kalimat tak berobjek (intransitif) tidak dapat dijadikan kalimat pasif sebelum diubah menjadi kalimat transitif. Di samping ditandai oleh peran subjek sebagai sasaran, kalimat pasif itu ditandai pula bentuk verba sebagai predikatnya. Di dalam bahasa Indonesia ada dua macam vera pasif, yaitu (1) verba pasif berawalan di- dan (2) verba pasif berawalan di-plus pelaku. Perhatikan contoh berikut ini.
(3-136) Masalah harga sedang dibicarakan di Jakarta.
(3-137) Kebijaksanaan itu disambut oleh masyarakat.
(3-138) Sebagian harga BBM diturunkan oleh pemerintah.
(3-139) Paman dipinjami uang oleh pengusaha.
(3-140) Saya dibawakan buku oleh Sjamsun.
Dalam kalimat pasif unsur pelaku tidak dapat hadir karena unsur pelaku menjadi unsur keterangan. Sebaliknya, unsur pelaku dalam kalimat aktif wajib kehadirannya, karena dalam kalimat aktif unsur pelaku menempati fungsi subjek. Dalam bahasa ragam ilmu banyak digunakan kalimat pasif, karena dengan menggunakan kalimat pasif, orang dapat meniadaka unsur pelaku, seperti pada contoh berikut ini.
(3-141) Dalam bab ini akan bibicarakan masalah kenakalan remaja.
Kalimat pasif yang berasal dari kalimat aktif dengan unsur pelaku pranomina pesona (kata ganti orang) pertama, kedua, dan ketiga (saya, kita, kami, engkau, kamu, dia, dan mereka) predikat kaimat pasif tidak berawalan di-, tidak pula berawalan meN-, verba pengisi predikat kaimat pasif ini adalah verba yang diperoleh dari verba aktif dengan meninggalkan awalan meN-, sebagai pengganti awalan di-, penanda verba pasif, digunakan pronomina persona, atau nomina pelaku pada kalimat asal (kalimat aktifnya). Perhatikan contoh berikut ini.
(3-142) Lamaran saya kirimkan ke kantor.
(3-143) Prodek dalam negeri kami gunakan.
(3-144) berbagai usaha telah dia lakukan demi masa depan anaknya.
(3-145) Semua itu sudah Hasan lakukan sejak awal bulan ini.
(3-146) Belanja sehari-hari juga saya kurangi.
Kalimat-kalimat iatu berasal dari kalimat aktif berikut ini.
(3-142a) Saya mengirimkan lamaran ke kantor
(3-143a) Kami menggunakan produk dalam negeri
(3-144a) Dia telah melakukan berbagai usaha demi masa depan anaknya.
(3-145a) Hasan telah melakukan hal itu sejak awal bulan ini.
(3-146a) saya juga mengurangi belanja sehari-hari.
Di samping itu, ada sejumlah kalimat pasif yang ditandai oleh predikat verba pasif yang berawalan ter-. Kalimat-kalimat yang berpredikat verba berawalan ter- berikut memperlihatkan bahwa subjek dikenai sasaran perbuatan yang dinyatakan prdikat dan mempunyai makna tidak disengaja. Perhatikan contoh berikut ini.
(3-147) Kaki saya terinjak orang.
(3-148) Anak kecil itu tersandung batu.
(3-149) Mahasiswa itu tertipu orang.
(3-150) Telapak kakinya tertusuk duri.
(3-151) Dia terjatuh ke saluran air.
Kalimat pasif dalam pengertian tidak disengaja, seperti itu juga ditandai oleh kata kena, seperti dalam contoh berikut.
(3-152) Mereka kena tipu orang.
(3-153) Zainuddin kena pukul temannya.
(3-154) telapak kakinya kena tusuk duri.
Selain bercir verba berawalan ter- dan kata kena, kata pasif juga ditandai oleh verba berimbuhan ke-an. Predikat yang berisi verba jenis ini juga menunjukkan makna subjek menjadi sasaran. Namun verba jenis ini amat terbatas jumlahnya, biasanya berhubungan dengan peristiwa alam. Kalimat tersebut sebagaimana tampak pada contoh berikut ini.
(3-154) Anak-anak kehujanan sepanjang jalan.
(3-155) Samsul kedinginan dari tadi.
(3-156) Si Damat kejatuhan durian.
(3-157) Masyarakat hilir kebanjiran tadi malam.

5.4.4.3 Kalimat Berita
Kalimat berita yang sering pula dinamakan kalimat deklaratif, adalah kalimat yang isinya untuk menyampaikan iformasi tanpa mengharapkan responsi tertentu. Ciri-ciri yang dapat membantu untuk mengenal kalimat berita ini, terutama ialah pola intonasinya, yaitu pola intonasi yang bernada akhir turun (dalam bahasa lisan) dan tanda titik (.) (dalam bahasa tulis). Di samping itu, dalam kalimat berita tidak terdapat kata-kata tanya, seperti apa, siapa, di mana, dan mengapa; kata-kata ajakan seperti ayo, mari; kata-kata persilahkan, dan kata larangan jangan (Ramlan, 1981:10). Kalimat dapat bermacam-macam seperti contoh berikut.
(3-158) cita-cita anak itu sangat tinggi.
(3-159) Tadi agi ada tabrakan mobil di dekat Taman Budaya.
(3-160) Saya tidak membawa sama sekali uang kecil.
(3-161) Waktu ke kantor, saya melihat ada sepeda motor menabrak becak.
(3-162) Tadi pagi sedan Fiat ditabrak bus AKAS.

5.4.4.4 Kalimat Perintah
Kalimat perintah atau kalimat imperatif, ialah kalimat yang maknanya memberikan perintah untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah ditandai dengan intonasi perintah yang dalam tulisan ditandai dengan tanda seru (!), tetapi pengunaan tanda seru ini tidak diakai jika sipat perintah itu menjadi lemah, demikian juga kalau predikatnya diikuti deengan partikel –lah. Jika predikatnya terdiri atas kata kerja intransitif, bentuk kata kerja itu tetap, hanya partikel –lah dapat ditambahkan pada kata kerja itu, untuk menghaluskan perintah, sujeknya boleh dibuang boleh tidak. Jika predikatnya terdiri atas kata kerja transitif, kalimat perintah, selain ditandai oleh pola intonasi perintah, ditandai pula oleh tidak adanya prefik meN-, pada kata kerja transitif tersebut. Kalimat perintah yang menggunakan partikel –lah mengungkapkan perintah yang halus dari ada yang tidak memakainya. Penghalusan sifat perintah dapat juga dilakukan dengan menggunakan kata-kata seperti coba, cobalah, silahkan ,harap, sudilah, hendaklah, dan sudi apakah kiranya. Jika kata-kata itu digunakan dalam kalimat perintah, intonasi yang dipakai selalu intonasi yang bernada turun.
Kalimat perintah dapat bersifat negatif. Untuk menigatifkan kalimat perintah, digunakan kata jangan yang biasanya ditempatkan pada bagian depan kalimat. Kalimat perintah yang bersifat negatif berubah menjadi larangan. Perhatikan contoh berikut.
(3-163) Pergi!
(3-164) Masuklah!
(3-165) Kontrak ini dikirim sekarang!
(3-166) Dijual saja mobil tua seperti itu!
(3-167) Silahkan masik, Bu!
(3-168) Tolonglah mobil saaya dibawa ke bengkel!
(3-169) Coba panggil mahasiswa itu!
(3-170) Jangan kau sakiti hati adikmu itu!
(3-171) Marilah kita belajar bersama-sama!

5.4.4.5 Kalimat Tanya
Kalimat tanya yang disebut juga kalimat interogatif, adalah adalah kaliimat yang isinya menanyakan sesuatu atau seseorang. Jika seseorang ingin mengetahui jawaban terhadap sesuatu atau keadaan, maka ia menanyakannya dan kalimat yang dipakai adalah kalimat tanya.
Ada lima ccara untuk membentuk kalimat tanya; (1) dengan menanmbahkan kata apa(kah), (2) dengan membalikka urutan kata, (3) deengan memakai kata bukan atau tidak, (4) dengan menngubah intonasi kalimat, dan (5) dengan memakai kalimat tanya.
Kaimat berita dedngan bentuk apa pun (aktif, pasif, akatransitif, dwitransitif, dan sebagainya). Pertikel ­–kah dapat ditambahkan untuk kata tanya itu untuk sedikit memperhalus atau lebih formal.
(3-172) Apakah suaminya ditangkap minggu lalu?
(3-173) Urusan Pak Alikah masalah ini?
(3-174) Haruskah Mega segera kawin?
(3-175) Mengapa anak itu tidak tidur?
(3-176) Kakaknya sudah kawin?
(3-177) Orang itu saudaramu. Bukan?
(3-178) Bukankah orang itu saudaramu?
(3-179) Dia mencari siapa?
(3-180) Dia jadi ke Medan?

5.4.4.6 Kalimat Seru
Kalimat seru, yang juga dinamakan kaliamt interjeksi, adalah kalimat yang mengungkapkan perasaan kagum. Karena rasa kagum berkenaan dengan sifat, maka kalkimat seru hanya dibuat dari kalimat berita yang predikatnya adjektiva. Cara membuatnya adalah dengan mengikuti kaidah (1) balikan kalimat dari SP menjadi PS, (2) tambahkan pertikel –nya pada P yang telah ditempatkan di muka, dan (3) tambakan di muka P kata seru alangkah atau bukan main.
(3-181) Bebas pergaulan mereka.
(3-182) Bebasnya pergaulan mereka.
(3-183) Alangkah bebasnya pergaulan mereka.
(3-184) Bukan main bebasnya pergaulan mereka.

5.4.4.7 Kalimat Empatik
Kalimat empatik adalah kalimat yang memberikan penegasan khusus kapada subjek. Penegasan ini dilakukan dengan (1) menambahkan patikel –lah pada subjek, dan (2) menambahkan kata sambung yang di belakang subjek. Perhatikan contoh berikut.
(3-185) Dialah yang memulai pertengkaran itu.
(3-180) Zainullah yang akan membayar HR-nya.

5.4.4.8 Kalimat Mayor
Kalimat mayor adalah kalimat yang terdiri sekurang-kurangnya satu klausa bebas. Berdasarkan statusnya, dalam kalimat mayor, terdapat unsur pembentuk yang inti dan yang bukan inti, atau unsur yang inti saja. Bagian inti adalah bagian kalimat yang tidak dapat dihilangkan. Bagian inti merupakan satu kesatuan, terdiri atas bagian kalimat yang menjabat fungsi subjek, predikat, atau objek. Bagian bukan inti adalah bagian kalimat yang dapat dihilangkan.
Berdasarkan jumlah klausa yang terdapat di dalamnya, (1) kalimat tunggal dan (2) kalimat majemuk.

5.4.4.9 Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri dari satu kluasa terikat. Kaimat tunggal hanya terdiri atas satu kesatuan inti. Kalimat tunggal tersebut sebagaimana terdapat pada contoh berikut ini.
(3-181) Anak itu menangis.
(3-182) Ambilkan buku saya itu.
(3-183) Paman merokok
(3-184) nenek makan sirih. Santi menjahit pakaian di serambi depan kemarin.
(3-185) Meja besar di meja makan itu sudah dipindahkan.

5.4.4.10 Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri dari atas beberapa klausa bebas. Berdaarkan hubungan antara klausa-klausa yang membentuknya, kalimat majemuk dapat dibedakan atas, (1) kalimat majemuk setara, (2) kaliamat majemuk bertingkat, dan (3) kalimat majemuk campuran.

(1) Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang sekurang-kurangnya terdiri dari dua kalimat dasar yang masing-masing dapat berdiri sebagai kalimat tunggal. Perhatikan contoh berikut.
(3-186) Aku menimba air, ia mencuci pakaian.
(3-187) Ayah bekerja keras, anaknya bermalas-malasan.
(3-188) Saya datang, ia pergi.
Kalimat (3-186) terdiri atas kalimat Aku menimba air dan ia mencuci pakaian; kalimat (3-187) terdiri atas kalimat Ayah bekerja keras dan anaknya bermalas-malasan; kalimat (3-188) terdiri atas Saya datang dan ia pergi. Jika sallah satu kalimat dasar terebut dihilangkanm, maka kalimat tersebut masih bisa berdiri sendiri sebagai kalimat. Kalimat dasar tersebut masih bis berdiri sendiri sebagai kalimat tunggal, tidak saling tergantung keduanya mempunyai kedudukan yang sama. Perhatiakan diagram berikut ini.



KALIMAT MAJEMUK SETARA

Saya datang; dia pergi

Kalimat Dasar I Konjungsi/Pungtuasi Kalimat Dasar 2


(1a) saya datang (;) (1b) dia pergi
lalu
atau
dan
tetapi
Subjek Predikat Subjek Predikat


Saya datang dia pergi

Beradasarkan diagram di atas, kalimat majemuk setara dapat diklasifikasikan: (1) kalimat majemuk setara penggabungan, (2) kalimat majemuk setara penguatan, (3) kalimat majemuk setara pemilihan, dan (4) kalimat majemik setara pertent

a. Kalimat Majemuk Setara Penggabungan
Kalimat majemuk setara penggabungan, secara eksplisit menggunakan konjungsi, antara lain: dan, lalu, kemmudian, sesudah itu, dan seagainya. Contoh kalimat setara penggabungan sebagai berikut.
(3-189) Ibu membereskan kamar dan bibi menyapu halaman.
(3-190) Fara belajar di kamar, sedang adik bermain di halaman.


b. Kalimat Majemuk Setara Penguatan
Kalimat majemuk setara penguatan, pada umumnya digabungkan secara eksplisit. Konjungsi yang digunakan antra lain: bahkan, malah(an), apalagi, dan sebagainya. Berikut ini kalimat majemuk setara penguatan.
(3-191) Ia tidak hanya memberinya petunjuk, bahkan ia pun ikut mengerjakannyaa.
(3-192) Pendapatannya itu dihematnya sehingga cukup baginya, malahan ia dapat menyimpannya untuk hari tua.

c. Kalimat Majemuk Setara Pemilihan
Kalimat majemuk setara pemilihan ditandai oleh konjungsi atau. Jika isi pemilihannya dua (kalimat dasar), digunakan konjungsi atau di antara dua pilihan itu dan disertai dengan koma. Hubungan pemilihan itu dapat juga dinyatakan dengan kata apa(kah). Perhatikan contoh berikut.
(3-193) Dia ingin melannjutkan ke UGM, atau kuliah di Perguruan Tinggi Swasta yang baik.
(3-194) engkau boleh mengikuti ujian lisan, atau engkau membuat karya ilmiah masalah sastra.
(3-195) Hasil ujian saya kirim lewat pos, apakah kamu ambil di kantor kami.

d. Kalimat majemuk Setara Pertentangan.
Kalimat majemuk setara pertentangan ini ditandai oleh konjungsi, antara lain tetapi, melainkan, dan sedangkan. Konjungsi itu menyatakan hubungan pertentangan antara kalimat dasar yang satu dengan kalimat dasar yang lain dalam sebuah kalimat majemuk. Namun, masih diperlukan tanda koma diantara kalimat dasar yang satu dengan kalimat dasar yang lain. Perhatikan contoh berikut.
(3-196) Keterangan itu mudah, tetapi masyarakat tidak mengerti juga.
(3-197) Bukan saya yang harus dipersalahkan, melainkan dia yang harus dihukum.

(2) Kalimat Majemuk Bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk yang mengandung satu kalimat dasar dan merupakan inti (utama) dan satu atau beberapa kalimat dasar yang berfungsi pengisi salah satu unsur kalimat inti itu, misalnya keterangan, subjek, dan objek. Di antara kedua kalimat unsur itu digunakan konjungsi. Konjungsi yang digunakan dalam kalimat majemuk bertingkat, misalnya, ketika, karena, supaya, meskipun, jika, atau, sehingga. Untuk lebih jelasnya, perhatikan diagram berikut ini.

KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT
Saya masuk ketika mereka diam.


Subjek Predikat Keterangan
(Anak kalimat)


Konjungsi Kalimat Dasar

Ketika Subjek Predikat
Karena
Supaya
meskipun
Jika
Saya masuk sehingga mereka diam




Perhatikan beberapa contoh berikut ini.
(3-198) Saya masuk, ketika mereka diam.
(3-199) Karena pengembalian kredit macet, pinjaman tidak dapat dilayani lagi
(3-200) Anak itu tidak mempunyai sifat congkak, meskipun memiliki kepandaian yang luar biasa.
(3-201) Supaya cantik, engkau harus merawat diri.
(3-202) Direktur baru itu ingin memperluas perusahannya yang nyaris gulung tikar sebulah yang lalu.
(3-203) Pengurus lama berjanji bahwa, kopersi kita akan memiliki pengurus baru.
(3-204) Saksi itu menjelaskan, dengan menunjukkan barang bukti, peristiwa penyelundupan barang-bawang mewah.

(3) Kalimat Majemuk Campuran
Di dalam kenyataan penggunaan bahasa tanpak bahwa kalimat-kalimat yang kita gunakan tidak selamanya teratur rapi sebagai kalimat tunggal, majemuk setara, atau majemuk bertigkat. Ada kalanya kalimat yang kita gunakan tidak disebut kaimat tunggal, tidak dapat disebut kalimat majemuk setara, tidak dapat disebut kalimat majemuk bertingkat. Kalimat-kalimat yang kita gunakan ternyata merupakan campuran dari kalimat majemuk setara dengan kalimat majemuk bertingkat. Perhatikan contoh berikut ini.
(3-205) Karena ingin membebaskan para penumpang, pasukan komando terpaksa menyerbu pesawat dan berakhirlah drama pembajakan yang berlangsung selama dua hari itu.
Pada kalimat (3-205) terdapat tiga konjungsi yang merangkaikan beberapa kalimat dasar di dalam kalimat dasar di dalam kalimat itu. Konjungsi karena menghubungkkan anak kalimat (a) ingin membebaskan para penumpang dan induk kalimat (b) pasukan komando itu terpaksa menyerbu pesawat. Konjungsi yang menghubungkan anak kalimat pewatas (d) telah berlangsung selama dua hari itu dengan frasa nomina (c) drama perpajakan. Kesemuanya itu merupakan subjek dari predikat berakhirlah. Konjungsi dan menghubungkan kalimat yang mendahuluinya dan kalimat yang menyertainya. Contoh di atas dapat didiagramkan sebagai berikut.

KALIMAT MAJEMUK CAMPURAN

Karena ingin membebaskan para penumpang, pasukan komando terpaksa menyerbu pesawat dan berakhirlah drama pembajakan yang berlangsung selama dua hari itu.

Kalimat 1 Konjungsi Kalimat 2

Karena ingin membebaskan Berakhirlah drama pemba-
Para penumpang, pasukan dan jakan yang telah berlang-
Komando terpaksa menyer- sung selama dua hari itu
Pesawat


Anak Kalimat I Pungtuasi Induk Kalimat I
(a) karena ingin ( , ) (b) Pasukan Komando
membebaskan terpaksa menyerbu
para penumpang pesawat


Induk Kalimat 2 Konjungsi Anak Kalimat 2
(c) berakhirlah yang (d) berlangsung
drama pem- selama dua
bajakan hari itu


DAFTAR RUJUKAN
Alwi, Hasan dkk. (eds.). 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Busri, Hasan. 1997. Dasar-dasar Linguistik. Malang: FKIP Universitas Islam Malang.

Busri, Hasan. 2003. Sintaksis Bahasa Indonesia. Malang: FKIP Universitas Islam Malang.

Busri, Hasan. 1997. Analisis Wacana: Teori dan Penerapannya: FKIP Universitas
Islam Malang.

Busri, Hasan. 2003. Bahasa Indonesia Laras Hukum. Jurnal Ilmiah Buana, Edisi XX Tahun 2000. Universitas Islam Malang.

Busri, Hasan. 2006. Analisis Wacana Kritis: Pengantar Memahami Bahasa secara Makro. . Jurnal Ilmiah Buana, Edisi XXXI Tahun 2006 Universitas Islam Malang.

Purwo, Bambang Kaswanti (Ed.). 2000. Kajian Serba Linguistik untuk Anton
Moliono Pereksa Bahasa. Jakarta: Universitas Katolik Indonesia
Atmajaya.

Purwo, Bambang Kaswanti (Ed.). 1997. PELLBA 10 Pertemuan Linguistik Lembaga Bahasa Atmajaya Kesepuluh.. Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atmajaya.

Purwo, Bambang Kaswanti (Ed.). 1997. PELLBA 6 Pertemuan Linguistik Lembaga Bahasa Atmajaya Kesepuluh.. Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atmajaya

Ramlan, M. 1987: Ilmu Bahasa Idonesia Sintaksis. Yogyakarta: CV. Karyono.
Rusmaji, Oscar. 1999. Aspek-aspek sintaksis Bahasa Indonesia. Malang: IKIP Malang.
Samsuri. 1985. Tata Kalimat Bahasa Indonesia. Jakarta: Sastra Budaya.
Samsuri. 1987. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga.
Suparno. 1987. Beberapa Aspek Sintaksis Bahasa Indonesia. Malang: FPBS IKIP Malang.
Sogono, Dendy. 1999. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Puspa Swara.
Tarigan, Hanry Guntur. 1986. Pengajaran Sintaksis. Bandung: Angkasa.
Verhaar, J.W.M. 1986. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

1 komentar:

  1. Casino in Phoenix Is Back, But Casino Is Back
    The casino, which is on the brink 김포 출장마사지 of being sold by MGM Resorts International, 구리 출장샵 is scheduled 오산 출장안마 to open 경주 출장안마 on July 3, the casino 당진 출장마사지 announced.

    BalasHapus